Buku Firasat Karya Imam Fakhruddin ar-Razi yang sangat cocok bagi orang tua, guru, psikolog, jurnalis, HRD, pebisnis 

dan juga para pencari pasangan hidup agar dapat mengetahui mengenai kepribadian seseorang. 

Semisal dari bentuk tubuh manusia yang ternyata dapat menggambarkan kepribadian kita.

Mereka semua merupakan tanda yang dapat dipelajari,

karena bentuk dari mereka semua sangat dipengaruhi oleh zat-zat, sistem metabolisme, cairan, serta suhu tubuh. 

Sejak 1000 tahun yang lalu imam Fakhruddin Ar-Razi telah mempelajari ilmu-ilmu tersebut.

Kemudian menuliskannya dalam sebuah buku berjudul 

“Al-firasah: Daliluka ila Ma’rifah Akhlaq an-Nas wa Thabai’ihim wa ka annahum kitabun maftuh” 

yang diterjemahkan oleh Fuad Syaifuddin Nur menjadi “kitab firasat” : Ilmu membaca sifat dan karakter orang dari bentuk tubuhnya.

Firasat memang disebutkan secara implisit di dalam Al-Qur’an di beberapa ayat: 

(1) tanda kekuasaan Allah–bagi orang yang memahami tanda-tanda (Q.S. Al-Hijr [15]: 75); 

(2) manusia mengenal orang lain dari ciri-cirinya (Q.S. Al-Baqarah [2]: 273); 

(3) watak manusia dikenal dari nada bicaranya (Q.S. Muhammad [40]: 37).

Namun, bagaimana cara membaca dan mengenali tanda-tanda itu tidak disebutkan secara eksplisit. 

Di sinilah bukti kecerdasan ar-Razi dalam menyusun petunjuk tentang sifat dan karakter manusia, 

yaitu mengenali tanda-tandanya melalui bentuk tubuh. 

Inilah yang kemudian disebutnya sebagai firasat.

Dalam bukunya tersebut Imam ar-Razi menuliskan bahwasanya ilmu firasat secara umum terbagi menjadi dua. 

Yakni firasat yang tidak bisa dipelajari karena tiba-tiba muncul di dalam hati,

bahwa keadaan orang itu seperti ini dan itu tanpa adanya petunjuk fisik.

Yang kedua adalah ilmu firasat yang bernama “firasat khalqiyyah” 

yang mana adalah ilmu mengetahui perilaku seseorang melalui tanda-tanda keadaan yang tampak dan bersifat ilmiah. 

Sehingga menurutnya tidak ada kesyirikan dalam ilmu ini.

Seperti yang disampaikan oleh Imam Ibnu Qayyim dalam bukunya, Madarij as-Salikin. Firasat bukanlah kemusyrikan. 

Hingga nanti, firasat akan tetap menjadi bagian dari prinsip “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”

(kepada-Mu kami menyembah dan kepada-Mu kami memohon pertolongan).

Sebab firasat adalah cahaya yang Allah letakkan di dalam kalbu hamba-Nya 

agar dengan cahaya itu seorang hamba dapat membedakan antara yang hak dan batil.

Menurut ar-Razi, tipe manusia secara umum dibagi atas empat macam: sanguinis, phlegmatis, koleris, dan Melankolis. 

Pembagian ini didasarkan pada salah satu cairan yang dominan dalam diri manusia: 

darah pada sanguinis, lendir pada phlegmatis, empedu kuning pada koleris, dan empedu hitam pada melankolis.

Istilah-istilah itu akrab kita jumpai di dunia psikologi. 

Ar-Razi memberi sumbangan dalam dunia psikologi berupa kajian teknis namun mendalam tentang kepribadian manusia, 

dan diuraikan secara mendetail berasal dari keempat tipe umum tadi.